BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hati
(Hepar)
Organ
yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1,5 kg.
Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma.
Hepar terletak di kuadran kanan atas abdomen, di bawah diafragma dan
terlindungi oleh tulang rusuk (costae), sehingga dalam keadaan normal
(hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri
hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien vena porta
hepatica.
Hati menghasilkan separuh dari kolesterol tubuh, sisanya dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu.
Kolesterol juga diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu, seperti hormon
estrogen, testosteron, dan adrenal.
Hati juga merubah zat-zat di dalam makanan menjadi
karbohidrat, protein, dan lemak. Gula disimpan di dalam hati sebagai glikogen
dan kemudian dipecah serta dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai glukosa,
sesuai dengan kebutuhan tubuh (misalnya ketika kadar gula darah terlalu
rendah).
Fungsi lain dari hati adalah membuat berbagai senyawa penting, terutama protein, yang digunakan tubuh untuk menjalankan fungsinya.
2.1.1 Pembagian Hati
a.
Lobus
sinistra. Lobus ini terletak di sebelah kiri
bidang median.
b.
Lobus
dekstra. Lobus ini terletak disebelah kanan
bidang median
c.
Lobus
kaudatus
d.
Lobus
kuadratus. Lobus ini terletak di belakang
berbetasan dengan parspilorika, ventrikula, dan
duodenum superior.
2.1.2 Permukaan Hati
a. Fasies superior. Permukaan yang menghadap ke atas
dan kedepam, berbentuk cembung, dan terletak dibawah diafragma.
b. Fasies inferior. Permukaan yang menghadap kebawah
dan ke belakang, dan permukaannya tidak rata memperlihatkan lekukan (fisura
transverses).
c.
Fasies posterior. Permukaan bagian belakangnya
terlihat beberapa alur berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis.
Kedua garis tengah alur disebelah kiri fossa sagitalis sinistra terdapat
ligamentum terres hepatis menuju porta hepatis dari arah kaudatus. Ligamentum
venosus arantii berjalan dari porta hepatis ke arah kranialis belakang. Alur
sebelah kanan fossa sagitalis dekstra memiliki dua lekukan, yaitu:
1. Lekukan depan fossa vesika fellea di
belakang empedu dan
2. lekukan belakang fossa vena kava
inferior yang terdapat pada vena kava inferior.
Fasies inferior lobus sinistra hepatis berhubungan dengan esofagus
dekat obus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster. Fasies
inferior lobus sinistra membentuk impressio yang sesuai dengan kurvatura
mayor yang terletak di depan omentum. Fasies inferior lobus dekstra
berbatasan dengan ginjal, glandula suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli
dekstra kanan peritorium, dan bagian bawahnya berbatasan dengan dinding depan
perut. Fasies posterior (bagian belakang) tidak ditutupi peritoneum,
berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekukan di sebelah kanan vena
kava inferior di atas infresio renalis yang disebut infresiosuprarenalis.
2.1.3 Persyarafan hati
Persyarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang melewati koliakus. Trunkus
vagus anterior mempunyai cabang yang banyak berjalan langsung ke hati.
2.1.4 Fungsi Hati
a.
Sekresi
Hati
memproduksi empedu dibentuk dalam sistem retikulo endothelium yang dialirkan ke
empedu yang berperan dalam emulfisikasi dan absorbsi lemak
-
Menghasilkan enzim glikogenik yang
mengubah glukosa menjadi glikogen
b. Metabolisme
·
Hati
berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula darah.
·
Hati
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa
jika diperlukan tubuh.
·
Hati
mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak dan hasil
penguraian protein menghasilkan urea dari asam amino berlebih dan sisa
nitrogen. Hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah
oleh ginjal dalam bentuk urin.
·
Hati
mensintesis lemak dari karbohidrat dan protein.
c. Penyimpanan
·
Hati
menyimpan glikogen, lemak, vitamin A, D, E, K, dan zat besi yang disimpan
sebagai feritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan dapat
dilepaskan bila zat besi diperlukan.
·
Mengubah
zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan disimpan di suatu tempat dalam tubuh,
dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
d.
Detosifikasi
·
Hati
melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat dan
memfagositosis eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam darah.
·
Mengubah
zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urin
(mendetoksifikasi).
e.
Membentuk
dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa kehidupan fetus yang
kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang.
f.
Sel
parenkim hepar (hepatosit) yang terdiri dari 60 persen massa hepar, bertanggung
jawab untuk konjugasi bilirubin dan untuk ekskresinya ke dalam saluran empedu.
2.1.5 Isi Hepar Normal
Hati juga bersangkutan dengan isi
normal darah :
a. Hati membentuk sel darah merah pada
masa hidup janin.
b. Hati sebagian berperan dalam
penghancuran sel darah merah
c. Menyimpan hematin yang diperlukan
untuk penyempurnaan sel darah merah baru.
d. Membuat sebagian besar dari protein
plasma
e. Membersih bilirubin dari darah
f.
Berkenaan
dengan penghasilan protombin dan fibrinogen yang perlu untuk penggumpalan darah.
2.2 Kandung
empedu
Sebuah
kantong berentuk terong dan merupakan membaran berotot, letaknya dalam sebuah
lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8-12
cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu yang terdiri dari lapisan
luar serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/visceral
disebut juga membran mukosa.
Duktus
sistikus, panjangnya ±
3 ½ cm yang berjalan dari lekuk empedu berhubungan dengan duktus hepatikus
membentuk saluran empedu ke duedenum. Sterkobilin memberi warna feses dan
sebagian diabsorpsi kembali oleh darah dan membuat warna pada urine yang
disebut urobilin.
2.2.1 Bagian Kandung Empedu
Bagian-bagian
dari kandung empedu:
a.
Fundus vesika felea, merupakan bagian kandung empedu
yang paling akhir seteah korpus vesika felea.
b.
Korpus vesika felea, bagian dari kandung empedu yang
didalamnya berisi getah empedu.
c.
Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung
empedu yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kandung empedu.
d.
Duktus sistikus, panjangnya ± 3 ¼ cm berjalan dari leher kandung
empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
e.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
f. Duktus
koledokus saluran
yang membawa empedu ke duodenum.
2.2.2 Proses pembentukan empedu
Empedu
sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi
dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk kedalam kelompok garam natrium dan
kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu
derifat/turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran
dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1 mm dan absorpsi dari lemak,
tergantung dari system pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu
bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles, kompleks yang larut dalam air
sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam system pencernaan (efek
hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan
yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pancreas yang penting dalam
pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu
karena danmya garam-garam empedu dan lesitin.
2.2.3 Komposisi Getah Empedu
Getah
empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang
dihasilkan setiap hari 5000-1000 cc, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah
prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna kuning kehijauan
\yang terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
a. Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin.
Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah
merah terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna
kuning pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan (jaundice)
merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah dan ini merupakan
indikasi kerusakan fungsi hati, peningkatan destruksi sel darah merah, atau
obstruksi duktus empedu oleh batu empedu.
b.
Garam-garam
empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan dengan kolesterol dan
asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut direabsorbsi dari
ileum bagian bawah kembali kehati dan didaur ulang kembali, peristiwa ini
disebut sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.
Fungsi
dari garam empedu dalam usus halus adalah :
-
Emulsikan
lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g kemudian
dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk
kerja enzim.
-
Absorbsi
lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan cara
memfasilitasi jalurnya menembus membran sel
-
Pengeluaran
kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin
untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui
feses.
2.2.4
Fungsi Kandung Empedu
a.
Sebagai
persediaan getah empedu dan membuat getah empedu menjadi kental.
b.
Getah
empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari
setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang digunakan untuk mencerna lemak
80 % dari getah empedu pigmen (warna) insulisn dan zat lainnya.
c.
Tempat
menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan
cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan
elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah tubuh tertentu
(terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol)
serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
2.3 Pankreas
Sekumpulan
kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya
kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai limpa, dan beratnya
rata-rata 60-90 gram. Pankreas terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di
belakang lambung.
Bagian
dari pankreas : Kaput Pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di
dalam lekukan duedenum yang melingkarinya. Korpus pancreas, merupakan bagian
utama dari organ ini, letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra
umbalis pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.
2.3.1 Struktur Pankreas
Kaput
pankreas berbentuk seperti cakram, terletak pada bagian cekung duodenum dan
meluas ke kiri di belakang arteri atau vena mesenterika superior. Permukaan
depan kaput pankreas berbatasan dengan kolon transversium dan jejunum.
Permukaan belakangnya berbatasan dengan vena kava inferior, duktus koledukus,
dan vena renalis.
-
Kollum pankreas
Kollom pankreas merupakan bagian
yang mengecil, menghubungkan kaput pankeras dengan korpus pankreas. Bagian ini
terletak didepan pangkal vena porta dan pangkal arteri mesentrika superior dan
aorta.
-
Korpus pankreas
Bagian ini berjalan ke atas dan ke
kiri menyilang garis tengah. Pada potongan melintang, korpus ini agak berbentuk
segitiga.
-
Kauda pankreas
Bagian ini berjalan menuju
ligamentum lienorenalis dan mengadakan hubungan dengan hilus limpa. Di depan,
kauda berbatasan dengan fleksura koli sinistra di kiri dan belakang berbatas
dengan ginjal dan glandula suprarenalis kiri.
2.3.2 Pembuluh darah pankreas
Pembuluh
darah arteri
a.
Arteri
pankreatika duodenalis superior dari a. gas troduodenalis, mengurus pankreas dan
duodenum, dan beranastomosis dengan a. pankreatika duodenalis inferior.
b.
Arteri
pankreatika duodenalis mengurus duodenum dan kaput pankreatika dan
beranastomosisdg a. pankreatiko duodenalis superior.
c. Arteri pankreatika mayus dan
kaudalis berasal dari a. renalis beranastomosis dengan a. pankreatiko
duodenalis.
Pembuluh
darah vena
a.
V.
pankreatika duodenalis superior yang ermuara kedalam v. portae
b.
V.
pankreatika duodenalis inferior bermuara ke dalam v. mesenterika inferior.
c. V. pankreatika mayus dan v. pankreatika
kaualis bermuara ke dalam v. lienalis.
2.3.3 Hasil Sekresi dan Komposisi cairan Pankreas
Cairan
pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
a) Enzim proteolitik pancreas
(protease), yaitu :
·
Tripsinogen,
yang disekresi pancreas diaktivasi menjadi tripsin oleh enterokinase yang
diproduksi oleh usus halus. Tripsin mencerna protein dan polipeptida besar
untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
·
Kimotripsin,
teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin memiliki fungsi yang
sama seperti tripsin terhadap protein.
·
Karboksipeptidase,
aminopeptidase dan dipeptidase, adalah enzim yang melanjutkan proses pencernaan
protein untuk menghasilkan asam-asam amino bebas.
b) Lipase Pankreas, yang menghidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam
empedu.
c) Amilase pancreas, yang
menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase saliva menjadi
disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).
d)
Rribonuklease
dan deoksiribonuklease, yang menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok-blok
pembentuk nukleotidanya.
2.3.4 Fungsi pankreas
a. Fungsi eksokrin, membentuk getah
pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endoktrin, sekelompok kecil
sel sel epitelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang
bersama-sama membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin.
c. Fungsi sekresi eksternal, cairan
pankreas dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di
intesnum.
d.
Fungsi
sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri
langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormon insulin
dan glukagon. Hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme
karbohidrat.
2.4 Proses
Absorbsi
Pencernaan
dimulai dari rongga mulut dan berlanjut ke lambung dan usus halus, tetapi
sebagian besar pencernaan terjadi pada bagian akhir proximal dari usus halus,
khususnya di deudonum.
Absorbsi
molekul zat gizi dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan. Beberapa bahan
kimia seperti Nitrogliserin, dapat diserap oleh semua bagian dari mukosa rongga
mulut yang tipis di bawah lidah. Beberapa molekul kecil seperti alkohol dan
aspirin dapat berdifusi pada semua bagian epitel perut menenuju peredaran
darah, sebagian besar penyerapan, walaupun terjadi di deudonum dan jejenum,
tetapi beberapa penyerapan terjadi di illeum.
Ketika hasil
dari pencernaan telah diserap, meraka diangkut ke bagian lain dari tubuh dengan
dua jalur yang berbeda. Air, ion, hasil pencernaan dapat larut dalam air
seperti glukosa dan asam amino, masuk dalam sistem porta hepatika dan diangkut
menuju hati. Produk dari metabolisme lemak yang berikatan dengan protein dan
diangkut menuju limphatik kapiler disebut lakteal. Lakteal dihubungkan oleh
pembuluh limpatikus menuju duktus toracikus, dimana bagian yang kosong menuju
vena klavian kiri. Produk dari lemak terbungkus protein kemudian berjalan pada
peredaran darah menuju kelenjar adiposa atau hati.
2.5 PROSES
DEFEKASI
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat
atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia
dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali
dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya
beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari,
biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak
benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Gerakan peristaltis dari otot-otot
dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum.
Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat
penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi
oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan
tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka
tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali
diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat
dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat
terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara
refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit.
Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat
terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphincter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja. dalam recum terdapat dua otot yang berperan dalam proses defekasi yaitu otot sphincter ani internus dan otot shpincter ani eksternus. otot sphincter ani internus bekerja secara tidak sadar sehingga sewaktu faecal material (feses) menekan otot tersebut akan berelaksasi tetapi tidak akan terjadi proses defekasi apabila otot sphincter ani eksternus berkontraksi.Namun apabila otak menghendaki adanya proses defekasi maka otak mengirimkan sinyal kepada otot sphincter ani eksternus yang bekerja secara sadar untuk berelaksasi sehingga terjadi proses defekasi.
Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding
abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan
terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi
tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung
meninggi.
Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar.
Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot
sphinter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang kurang (menyebabkan
diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar