Rabu, 06 Maret 2013

Fisiologi Hepar, empedu, dan pangkreas


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Hati (Hepar)
Organ yang paling besar didalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1,5 kg. Letaknya dibagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hepar terletak di kuadran kanan atas abdomen, di bawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk (costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien vena porta hepatica.
Hati menghasilkan separuh dari kolesterol tubuh, sisanya dari makanan. Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu. Kolesterol juga diperlukan untuk membuat hormon-hormon tertentu, seperti hormon estrogen, testosteron, dan adrenal.
Hati juga merubah zat-zat di dalam makanan menjadi karbohidrat, protein, dan lemak. Gula disimpan di dalam hati sebagai glikogen dan kemudian dipecah serta dilepaskan ke dalam aliran darah sebagai glukosa, sesuai dengan kebutuhan tubuh (misalnya ketika kadar gula darah terlalu rendah).

Fungsi lain dari hati adalah membuat berbagai senyawa penting, terutama protein, yang digunakan tubuh untuk menjalankan fungsinya.
2.1.1    Pembagian Hati
a.       Lobus sinistra. Lobus ini terletak di sebelah kiri bidang median.
b.      Lobus dekstra. Lobus ini terletak disebelah kanan bidang median
c.       Lobus kaudatus
d.      Lobus kuadratus. Lobus ini terletak di belakang berbetasan dengan parspilorika, ventrikula, dan
            duodenum superior.



2.1.2    Permukaan Hati
a.       Fasies superior. Permukaan yang menghadap ke atas dan kedepam, berbentuk cembung, dan terletak dibawah diafragma.
b.      Fasies inferior. Permukaan yang menghadap kebawah dan ke belakang, dan permukaannya tidak rata memperlihatkan lekukan (fisura transverses).
c.        Fasies posterior. Permukaan bagian belakangnya terlihat beberapa alur berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis. Kedua garis tengah alur disebelah kiri fossa sagitalis sinistra terdapat ligamentum terres hepatis menuju porta hepatis dari arah kaudatus. Ligamentum venosus arantii berjalan dari porta hepatis ke arah kranialis belakang. Alur sebelah kanan fossa sagitalis dekstra memiliki dua lekukan, yaitu:
1.      Lekukan depan fossa vesika fellea di belakang empedu dan
2.      lekukan belakang fossa vena kava inferior yang terdapat pada vena kava inferior.
Fasies inferior lobus sinistra hepatis berhubungan dengan esofagus dekat obus kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster. Fasies inferior lobus sinistra membentuk impressio yang sesuai dengan kurvatura mayor yang terletak di depan omentum. Fasies inferior lobus dekstra berbatasan dengan ginjal, glandula suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli dekstra kanan peritorium, dan bagian bawahnya berbatasan dengan dinding depan perut. Fasies posterior (bagian belakang) tidak ditutupi peritoneum, berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah lekukan di sebelah kanan vena kava inferior di atas infresio renalis yang disebut infresiosuprarenalis.
2.1.3    Persyarafan hati
Persyarafan hati berasal dari saraf  simpatis dan  parasimpatis yang melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang banyak berjalan langsung ke hati.
2.1.4    Fungsi Hati
a.       Sekresi
            Hati memproduksi empedu dibentuk dalam sistem retikulo endothelium yang dialirkan ke empedu yang berperan dalam emulfisikasi dan absorbsi lemak
-          Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi glikogen

b.      Metabolisme
·         Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula darah.
·         Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
·         Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak dan hasil penguraian protein menghasilkan urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen. Hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
·         Hati mensintesis lemak dari karbohidrat dan protein.

c.       Penyimpanan
·         Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A, D, E, K, dan zat besi yang disimpan sebagai feritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan.
·         Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.

d.      Detosifikasi
·         Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat dan memfagositosis eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi dalam darah.
·         Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urin (mendetoksifikasi).

e.       Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang.

f.       Sel parenkim hepar (hepatosit) yang terdiri dari 60 persen massa hepar, bertanggung jawab untuk konjugasi bilirubin dan untuk ekskresinya ke dalam saluran empedu.
2.1.5    Isi Hepar Normal
            Hati juga bersangkutan dengan isi normal darah :
a.       Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
b.      Hati sebagian berperan dalam penghancuran sel darah merah
c.       Menyimpan hematin yang diperlukan untuk penyempurnaan sel darah merah baru.
d.      Membuat sebagian besar dari protein plasma
e.       Membersih bilirubin dari darah
f.       Berkenaan dengan penghasilan protombin dan fibrinogen yang perlu untuk penggumpalan darah.
2.2       Kandung empedu
Sebuah kantong berentuk terong dan merupakan membaran berotot, letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya, panjangnya 8-12 cm, berkapasitas 60 cm3. Lapisan empedu yang terdiri dari lapisan luar serosa/parietal, lapisan otot bergaris, lapisan dalam mukosa/visceral disebut juga membran mukosa.
Duktus sistikus, panjangnya ± 3 ½ cm yang berjalan dari lekuk empedu berhubungan dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duedenum. Sterkobilin memberi warna feses dan sebagian diabsorpsi kembali oleh darah dan membuat warna pada urine yang disebut urobilin.
2.2.1    Bagian Kandung Empedu
Bagian-bagian dari kandung empedu:
a.       Fundus vesika felea, merupakan bagian kandung empedu yang paling akhir seteah korpus vesika felea.
b.       Korpus vesika felea, bagian dari kandung empedu yang didalamnya berisi getah empedu.
c.       Leher kandung kemih, merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kandung empedu.
d.      Duktus sistikus, panjangnya ± 3 ¼ cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus, membentuk saluran empedu ke duodenum.
e.      
Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.
f.       Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke duodenum.
2.2.2    Proses pembentukan empedu
Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk kedalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan dari sistin, mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak menjadi suspensi dari lemak dengan diameter ± 1 mm dan absorpsi dari lemak, tergantung dari system pencernaannya. Terutama setelah garam-garam empedu bergabung dengan lemak dan membentuk Micelles, kompleks yang larut dalam air sehingga lemak dapat lebih mudah terserap dalam system pencernaan (efek hidrotrofik). Ukuran lemak yang sangat kecil sehingga mempunyai luas permukaan yang lebar sehingga kerja enzim lipase dari pancreas yang penting dalam pencernaan lemak dapat berjalan dengan baik. Kolesterol larut dalam empedu karena danmya garam-garam empedu dan lesitin.
2.2.3    Komposisi Getah Empedu
Getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel hati yang dihasilkan setiap hari 5000-1000 cc, sekresinya berjalan terus menerus, jumlah prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak. Empedu berwarna kuning kehijauan \yang terdiri dari 97 % air, pigmen empedu dan garam-garam empedu.
a.       Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi. Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan (jaundice) merupakan akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah dan ini merupakan indikasi kerusakan fungsi hati, peningkatan destruksi sel darah merah, atau obstruksi duktus empedu oleh batu empedu.
b.      Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam tersebut direabsorbsi dari ileum bagian bawah kembali kehati dan didaur ulang kembali, peristiwa ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu.
Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah :
-          Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar dalam usus halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
-          Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel
-          Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan dibuang melalui feses.

2.2.4        Fungsi Kandung Empedu

a.          Sebagai persediaan getah empedu dan membuat getah empedu menjadi kental.
b.         Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang digunakan untuk mencerna lemak 80 % dari getah empedu pigmen (warna) insulisn dan zat lainnya.
c.          Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
2.3   Pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai limpa, dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Pankreas terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung.
Bagian dari pankreas : Kaput Pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duedenum yang melingkarinya. Korpus pancreas, merupakan bagian utama dari organ ini, letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra umbalis pertama. Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri menyentuh limpa.
2.3.1   Struktur Pankreas
Kaput pankreas berbentuk seperti cakram, terletak pada bagian cekung duodenum dan meluas ke kiri di belakang arteri atau vena mesenterika superior. Permukaan depan kaput pankreas berbatasan dengan kolon transversium dan jejunum. Permukaan belakangnya berbatasan dengan vena kava inferior, duktus koledukus, dan vena renalis.
-          Kollum pankreas
Kollom pankreas merupakan bagian yang mengecil, menghubungkan kaput pankeras dengan korpus pankreas. Bagian ini terletak didepan pangkal vena porta dan pangkal arteri mesentrika superior dan aorta.
-          Korpus pankreas
Bagian ini berjalan ke atas dan ke kiri menyilang garis tengah. Pada potongan melintang, korpus ini agak berbentuk segitiga.
-          Kauda pankreas
Bagian ini berjalan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan hubungan dengan hilus limpa. Di depan, kauda berbatasan dengan fleksura koli sinistra di kiri dan belakang berbatas dengan ginjal dan glandula suprarenalis kiri.
2.3.2    Pembuluh darah pankreas
Pembuluh darah arteri
a.       Arteri pankreatika duodenalis superior dari a. gas troduodenalis, mengurus pankreas dan duodenum, dan beranastomosis dengan a. pankreatika duodenalis inferior.
b.      Arteri pankreatika duodenalis mengurus duodenum dan kaput pankreatika dan beranastomosisdg a. pankreatiko duodenalis superior.
c.       Arteri pankreatika mayus dan kaudalis berasal dari a. renalis beranastomosis dengan a. pankreatiko duodenalis.

Pembuluh darah vena
a.       V. pankreatika duodenalis superior yang ermuara kedalam v. portae
b.      V. pankreatika duodenalis inferior bermuara ke dalam v. mesenterika inferior.
c.       V. pankreatika mayus dan v. pankreatika kaualis bermuara ke dalam v. lienalis.
2.3.3   Hasil Sekresi dan Komposisi cairan Pankreas
Cairan pankreas mengandung enzim-enzim untuk mencerna protein, karbohidrat dan lemak.
a)      Enzim proteolitik pancreas (protease), yaitu :
·         Tripsinogen, yang disekresi pancreas diaktivasi menjadi tripsin oleh enterokinase yang diproduksi oleh usus halus. Tripsin mencerna protein dan polipeptida besar untuk membentuk polipeptida dan peptida yang lebih kecil.
·         Kimotripsin, teraktivasi dari kimotripsinogen oleh tripsin. Kimotripsin memiliki fungsi yang sama seperti tripsin terhadap protein.
·         Karboksipeptidase, aminopeptidase dan dipeptidase, adalah enzim yang melanjutkan proses pencernaan protein untuk menghasilkan asam-asam amino bebas.

b)      Lipase Pankreas, yang menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol setelah lemak diemulsi oleh garam-garam empedu.
c)      Amilase pancreas, yang menghidrolisis zat tepung yang tidak tercerna oleh amilase saliva menjadi disakarida (maltosa, sukrosa, dan laktosa).
d)     Rribonuklease dan deoksiribonuklease, yang menghidrolisis RNA dan DNA menjadi blok-blok pembentuk nukleotidanya.
2.3.4    Fungsi pankreas
a.       Fungsi eksokrin, membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan elektrolit.
b.      Fungsi endoktrin, sekelompok kecil sel sel epitelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin.
c.       Fungsi sekresi eksternal, cairan pankreas dialirkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan di intesnum.
d.      Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung dialirkan ke dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormon insulin dan glukagon. Hormon tersebut dibawa ke jaringan untuk membantu metabolisme karbohidrat.

2.4       Proses Absorbsi
Pencernaan dimulai dari rongga mulut dan berlanjut ke lambung dan usus halus, tetapi sebagian besar pencernaan terjadi pada bagian akhir proximal dari usus halus, khususnya di deudonum.
Absorbsi molekul zat gizi dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan. Beberapa bahan kimia seperti Nitrogliserin, dapat diserap oleh semua bagian dari mukosa rongga mulut yang tipis di bawah lidah. Beberapa molekul kecil seperti alkohol dan aspirin dapat berdifusi pada semua bagian epitel perut menenuju peredaran darah, sebagian besar penyerapan, walaupun terjadi di deudonum dan jejenum, tetapi beberapa penyerapan terjadi di illeum.
Ketika hasil dari pencernaan telah diserap, meraka diangkut ke bagian lain dari tubuh dengan dua jalur yang berbeda. Air, ion, hasil pencernaan dapat larut dalam air seperti glukosa dan asam amino, masuk dalam sistem porta hepatika dan diangkut menuju hati. Produk dari metabolisme lemak yang berikatan dengan protein dan diangkut menuju limphatik kapiler disebut lakteal. Lakteal dihubungkan oleh pembuluh limpatikus menuju duktus toracikus, dimana bagian yang kosong menuju vena klavian kiri. Produk dari lemak terbungkus protein kemudian berjalan pada peredaran darah menuju kelenjar adiposa atau hati.

2.5       PROSES DEFEKASI
       Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.


      Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphincter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja. dalam recum terdapat dua otot yang berperan dalam proses defekasi yaitu otot sphincter ani internus dan otot shpincter ani eksternus. otot sphincter ani internus bekerja secara tidak sadar sehingga sewaktu faecal material (feses) menekan otot tersebut akan berelaksasi tetapi tidak akan terjadi proses defekasi apabila otot sphincter ani eksternus berkontraksi.Namun apabila  otak menghendaki adanya proses defekasi maka otak mengirimkan sinyal kepada otot sphincter ani eksternus yang bekerja secara sadar untuk berelaksasi sehingga terjadi proses defekasi.
Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi.
Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot sphinter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar